Apa itu
alergi obat?
Alergi obat adalah reaksi abnormal dari sistem imun
terhadap obat-obatan. Obat-obatan, termasuk obat bebas, obat resep, maupun obat
herbal dapat menyebabkan alergi obat. Alergi obat dapat mempengaruhi setiap
orang dengan cara yang berbeda. Gejala paling umum dari alergi obat adalah
gatal-gatal, ruam, atau demam. Reaksi yang lebih serius meliputi anafilaksis,
kondisi yang membahayakan di mana tubuh Anda mengalami shock, tekanan darah
turun secara tiba-tiba, dan saluran udara menyempit. Alergi obat bukanlah efek
samping dari obat, bukan pula kondisi yang disebabkan oleh overdosis.
Apa saja
tanda-tanda dan gejala alergi obat?
Gejala-gejala dari alergi obat sering terjadi dalam 1
jam setelah mengonsumsi obat. Gejala umum dari alergi obat adalah:
1. Ruam pada
kulit
2. Gatal-gatal
3. Demam
4. Bengkak
5. Sesak napas
6. Napas
berbunyi
7. Hidung
beringus
8. Mata gatal
dan berair.
Beberapa obat dapat memicu beberapa reaksi serius.
Beberapa gejala yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis adalah:
1. Detak
jantung yang cepat
2. Menyempitnya
saluran udara dan tenggorokan, menyebabkan kesulitan bernapas
3. Gelisah atau
pusing
4. Kehilangan
kesadaran
5. Gatal-gatal
dan kesulitan bernapas
Namun, reaksi alergi obat juga dapat terjadi beberapa
hari atau minggu setelah mengonsumsi obat, atau gejala berlanjut setelah Anda
berhenti menggunakan obat tersebut. Beberapa kondisi jangka panjang dari alergi
obat adalah:
1. Demam, nyeri
sendi, ruam, bengkak dan mual
2. Anemia:
berkurangnya sel darah putih, pembengkakan umum, pembengkakan kelenjar getah
bening dan kambuhnya infeksi hepatitis
3. Peradangan
ginjal (nefritis), yang menyebabkan demam, darah pada urin, pembengkakan,
kebingungan, dan gejala lainnya.
Apa penyebab
alergi obat?
Alergi obat
disebabkan oleh reaksi dari sistem imun terhadap zat kimia pada obat-obatan.
Sistem imun Anda salah mengenali obat-obatan sebagai zat kimia yang berbahaya
dan menyerangnya. Para peneliti sering kali mengaitkan alergi obat kepada
paparan pertama terhadap obat tertentu, seperti pada makanan, air, atau
obat-obatan yang Anda konsumsi dalam kondisi tertentu. Jika sistem imun Anda
bereaksi dengan buruk terhadap obat pada paparan pertama, tubuh akan membuat
antibodi, menyebabkan alergi obat. Walau obat-obatan apapun dapat menyebabkan
reaksi alergi, beberapa obat lebih sering menyebabkan reaksi alergi, seperti:
1. Antibiotik,
seperti penicillin
2. Aspirin dan
nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs)
3. Obat-obatan
kemoterapi untuk mengatasi kanker
4. Obat-obatan
untuk penyakit autoimun, seperti rheumatoid arthritis
5. Krim atau
lotion corticosteroid
6. Obat-obatan
untuk pasien HIV atau AIDS
7. Produk bee
pollen
8. Echinacea –
herbal untuk masuk angin
9. Pewarna yang
digunakan untuk tes imaging (radiocontrast media)
10. Opiat untuk
mengatasi rasa sakit
11. Bius lokal.
Bagaimana
cara mengobati alergi obat?
Alergi obat
dapat ditangani dengan mengurangi gejala alergi atau menggunakan penanganan
alergi lainnya yang dapat membantu Anda mengonsumsi obat tersebut.
Menangani gejala alergi meliputi:
1. Berhenti
menggunakan obat yang menyebabkan alergi
2. Mengonsumsi
antihistamin untuk menghambat zat sistem imun teraktivasi selama reaksi alergi
3. Mengonsumsi
corticosteroid untuk mengatasi peradangan terkait dengan reaksi yang lebih
serius
4. Mendapatkan
suntikan epinefrin dan perawatan medis untuk menjaga tekanan darah dan pernapasan.
5. Penanganan
yang membantu Anda mengonsumsi obat yang memicu alergi dilakukan di bawah
pengawasan dokter. Penanganan ini ditujukan untuk membantu Anda lebih tidak
sensitif terhadap obat tersebut.
6. Mulai dengan
dosis kecil dan kemudian tingkatkan secara bertahap setiap 15 hingga 30 menit
dalam beberapa jam atau hari hingga tidak terjadi reaksi.
7. Menguji
untuk melihat di dosis mana alergi Anda mulai bereaksi.
Faktor
Risiko Alergi Obat
Tidak semua
orang akan mengalami reaksi alergi akibat obat. Diduga ada sejumlah faktor yang
bisa meningkatkan risiko alergi obat pada seseorang. Faktor-faktor risiko
tersebut meliputi:
1. Peningkatan
pajanan terhadap obat tertentu, contohnya karena penggunaan yang berulang,
berkepanjangan, atau dengan dosis tinggi.
2. Faktor keturunan.
Risiko seseorang untuk mengalami alergi obat akan meningkat apabila ada anggota
keluarga yang memiliki alergi terhadap obat-obatan tertentu.
3. Pernah
mengalami jenis alergi lain, misalnya alergi makanan.
4. Alergi
terhadap obat lain. Contohnya, jika alergi terhadap penisilin, maka juga akan
mengalami alergi terhadap amoxicillin.
5. Penyakit yang
menyebabkan tubuh rentan terhadap reaksi alergi obat, misalnya HIV.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar