Diabetes
tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa
dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi
insulin atau karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap
insulin, diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak
memproduksi insulin. Akibatnya, penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan
insulin dari luar. Diabetes tipe 1 dapat terjadi pada usia berapapun. Namun,
diabetes tipe 1 paling banyak terdiagnosis pada anak-anak, remaja, atau dewasa
muda. Penderita diabetes pria lebih banyak dibandingkan wanita. Biasanya
dimulai pada usia 12 hingga 15 tahun dengan hampir semua kasus terdiagnosis
sebelum usia 30 tahun.
Gejala
diabetes tipe 1 dapat muncul secara tiba-tiba, dan dapat memburuk dengan cepat
dalam hitungan minggu. Pada umumnya, gejala berkembang di usia anak-anak hingga
remaja, namun bisa juga terjadi pada usia dewasa. Gejala tersebut meliputi:
1) Sering buang
air kecil (poliuria), terutama di malam hari.
2) Sering
merasa haus (polidipsia).
3) Sering
merasa lapar (polifagia) tetapi berat badan turun tanpa sebab.
4) Mual dan
muntah.
5) Mulut
kering.
6) Luka di
tubuh yang sulit sembuh.
7) Pandangan
kabur.
8) Tubuh mudah
lelah.
Diabetes
tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yaitu suatu kondisi ketika sistem kekebalan
tubuh berbalik menyerang sel tubuh yang sehat. Pada penderita diabetes tipe 1,
sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas,
yang berfungsi menghasilkan insulin. Akibatnya, produksi insulin dalam tubuh
menjadi terhenti.
Bila sel
beta dalam pankreas hancur dan tidak mampu lagi memproduksi insulin, maka gula
tidak dapat masuk ke sel. Kondisi ini mengakibatkan gula menumpuk dalam darah
dan memicu gula darah tinggi (hiperglikemia).
Belum
diketahui apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta dalam
pankreas. Akan tetapi, sejumlah faktor dipercaya terkait dengan kondisi ini,
antara lain:
Genetik. Individu yang memiliki keluarga inti (orang tua atau
saudara kandung) dengan diabetes tipe 1, lebih berisiko menderita penyakit yang
sama. Hal ini diduga terkait dengan gen HLA, yang berfungsi menghasilkan
protein untuk sistem kekebalan tubuh.
Usia. Meskipun dapat menyerang segala usia, diabetes tipe
1 lebih rentan terjadi pada anak-anak, terutama pada usia 4-14 tahun.
Letak geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh tempat
tinggal seseorang dari garis ekuator atau khatulistiwa, makin tinggi risiko
terserang diabetes tipe 1.
Kondis
diabetes Anda dapat memburuk apabila:
1) Merokok atau
mengonsumsi alkohol dapat mempengaruhi tingkat gula darah dan membuat diabetes
lebih parah
2) Makan
makanan dengan kandungan gula tinggi
3) Menggunakan
lebih banyak insulin dari yang disarankan oleh dokter; hal ini dapat menurunkan
gula darah Anda ke tingkat yang membahayakan
4) Dehidrasi
5) Makan
makanan yang tidak disarankan oleh dokter atau ahli gizi
Apa saja tes
yang dilakukan untuk diabetes mellitus tipe 1?
Untuk
mendiagnosis, dokter akan menggunakan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan
pengukuran-pengukuran yang berbeda untuk gula darah. Pengukuran ini termasuk
tingkat puasa dan tanpa puasa, rata-rata tingkat glukosa selama 2 hingga 3
bulan (tes hemoglobin A1c [HbA1c]), dan tes toleransi glukosa. Dokter juga
mungkin akan melakukan tes ginjal dan pengukuran tingkat lemak darah (lipid).
Pengobatan
diabetes tipe 1 bertujuan untuk menormalkan kadar gula darah, dan mencegah
komplikasi. Kadar gula darah pasien akan dijaga agar berada pada kisaran 80-130
mg/dL sebelum makan, dan di bawah 180 mg/dL dua jam setelah makan.
Metode
pengobatan yang akan dilakukan, antara lain:
1) Pemberian
insulin
Insulin
diberikan beberapa kali dalam sehari. Pemberian dilakukan melalui suntikan,
karena insulin akan dicerna lambung dan tidak dapat masuk ke aliran darah bila
diberikan dalam bentuk pil. Dokter akan mengajarkan pasien cara menyuntikkan
insulin, agar selanjutnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Pasien juga
akan diberi tahu cara menyimpan insulin dan cara membuang jarum dengan benar. Jenis
insulin yang diberikan adalah kombinasi antara insulin kerja cepat dan insulin
kerja panjang, dengan dosis suntikan 2 kali sehari atau dapat ditingkatkan menjadi
3-4 suntikan sehari.
Selain
melalui suntikan, insulin juga dapat diberikan menggunakan pompa insulin. Pompa
insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi tabung yang tersambung ke
kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan, pinggul, paha atau bokong
pasien. Sedangkan pompanya dapat disematkan di ikat pinggang atau dimasukkan ke
saku celana.
2) Sistem
pankreas buatan
Sistem
pankreas buatan adalah serangkaian alat yang dirancang untuk meniru kemampuan
organ tersebut dalam mengatur kadar gula darah. Perangkat ini terdiri dari
pompa insulin, continuous glucose monitoring (CGM), dan alat yang menghubungkan
keduanya, yang digunakan sebagai kontrol dan pengatur dosis. Fungsi sistem
pankreas buatan adalah untuk mengukur kadar glukosa secara rutin dan menyesuaikan
kadar insulin yang disuntikkan, layaknya pankreas asli.
3) Obat-obatan
Di samping
pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat pada penderita
diabetes, seperti:
4) Aspirin.
Obat ini untuk menjaga kesehatan jantung pasien.
Obat tekanan
darah tinggi. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), dan
angiotensin II receptor blockers (ARB) dapat diberikan guna menjaga kesehatan
ginjal pasien. Jenis obat di atas diberikan pada pasien dengan tekanan darah di
atas 140/90 mm Hg.
Obat penurun
kolesterol. Obat ini diberikan agar kadar kolesterol selalu terjaga, karena
pasien dengan kondisi ini akan sangat berisiko terserang penyakit jantung.
5) Diet sehat
Untuk
membantu proses penyembuhan, pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi serat dan
rendah lemak, seperti gandum, sayur dan buah-buahan. Pasien juga akan
disarankan mengurangi asupan karbohidrat dan produk makanan hewani. Pola diet
ini juga disarankan bagi orang yang tidak mengalami diabetes.
6) Olahraga
Pasien perlu
melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan kaki atau berenang. Lakukan
sedikitnya 150 menit dalam sepekan, dan jangan melewatkan lebih dari 2 hari
tanpa olahraga. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan satu jam tiap hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar