Jumat, 23 November 2018

ANAK-ANAK DAN DIABETES



Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar gula atau glukosa dalam darah. Berbeda dari diabetes tipe 2 yang terjadi akibat resistensi insulin atau karena sel tubuh menjadi kebal atau tidak responsif terhadap insulin, diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh kurang atau sama sekali tidak memproduksi insulin. Akibatnya, penderita diabetes tipe 1 memerlukan tambahan insulin dari luar. Diabetes tipe 1 dapat terjadi pada usia berapapun. Namun, diabetes tipe 1 paling banyak terdiagnosis pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda. Penderita diabetes pria lebih banyak dibandingkan wanita. Biasanya dimulai pada usia 12 hingga 15 tahun dengan hampir semua kasus terdiagnosis sebelum usia 30 tahun.
Gejala diabetes tipe 1 dapat muncul secara tiba-tiba, dan dapat memburuk dengan cepat dalam hitungan minggu. Pada umumnya, gejala berkembang di usia anak-anak hingga remaja, namun bisa juga terjadi pada usia dewasa. Gejala tersebut meliputi:

1)    Sering buang air kecil (poliuria), terutama di malam hari.
2)    Sering merasa haus (polidipsia).
3)    Sering merasa lapar (polifagia) tetapi berat badan turun tanpa sebab.
4)    Mual dan muntah.
5)    Mulut kering.
6)    Luka di tubuh yang sulit sembuh.
7)    Pandangan kabur.
8)    Tubuh mudah lelah.
Diabetes tipe 1 merupakan penyakit autoimun, yaitu suatu kondisi ketika sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang sel tubuh yang sehat. Pada penderita diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di dalam pankreas, yang berfungsi menghasilkan insulin. Akibatnya, produksi insulin dalam tubuh menjadi terhenti.
Bila sel beta dalam pankreas hancur dan tidak mampu lagi memproduksi insulin, maka gula tidak dapat masuk ke sel. Kondisi ini mengakibatkan gula menumpuk dalam darah dan memicu gula darah tinggi (hiperglikemia).
Belum diketahui apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta dalam pankreas. Akan tetapi, sejumlah faktor dipercaya terkait dengan kondisi ini, antara lain:

Genetik. Individu yang memiliki keluarga inti (orang tua atau saudara kandung) dengan diabetes tipe 1, lebih berisiko menderita penyakit yang sama. Hal ini diduga terkait dengan gen HLA, yang berfungsi menghasilkan protein untuk sistem kekebalan tubuh.
Usia. Meskipun dapat menyerang segala usia, diabetes tipe 1 lebih rentan terjadi pada anak-anak, terutama pada usia 4-14 tahun.
Letak geografis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin jauh tempat tinggal seseorang dari garis ekuator atau khatulistiwa, makin tinggi risiko terserang diabetes tipe 1.

Kondis diabetes Anda dapat memburuk apabila:
1)    Merokok atau mengonsumsi alkohol dapat mempengaruhi tingkat gula darah dan membuat diabetes lebih parah
2)    Makan makanan dengan kandungan gula tinggi
3)    Menggunakan lebih banyak insulin dari yang disarankan oleh dokter; hal ini dapat menurunkan gula darah Anda ke tingkat yang membahayakan
4)    Dehidrasi
5)    Makan makanan yang tidak disarankan oleh dokter atau ahli gizi

Apa saja tes yang dilakukan untuk diabetes mellitus tipe 1?
Untuk mendiagnosis, dokter akan menggunakan riwayat medis, pemeriksaan fisik, dan pengukuran-pengukuran yang berbeda untuk gula darah. Pengukuran ini termasuk tingkat puasa dan tanpa puasa, rata-rata tingkat glukosa selama 2 hingga 3 bulan (tes hemoglobin A1c [HbA1c]), dan tes toleransi glukosa. Dokter juga mungkin akan melakukan tes ginjal dan pengukuran tingkat lemak darah (lipid).
Pengobatan diabetes tipe 1 bertujuan untuk menormalkan kadar gula darah, dan mencegah komplikasi. Kadar gula darah pasien akan dijaga agar berada pada kisaran 80-130 mg/dL sebelum makan, dan di bawah 180 mg/dL dua jam setelah makan.

Metode pengobatan yang akan dilakukan, antara lain:
1)  Pemberian insulin
Insulin diberikan beberapa kali dalam sehari. Pemberian dilakukan melalui suntikan, karena insulin akan dicerna lambung dan tidak dapat masuk ke aliran darah bila diberikan dalam bentuk pil. Dokter akan mengajarkan pasien cara menyuntikkan insulin, agar selanjutnya dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Pasien juga akan diberi tahu cara menyimpan insulin dan cara membuang jarum dengan benar. Jenis insulin yang diberikan adalah kombinasi antara insulin kerja cepat dan insulin kerja panjang, dengan dosis suntikan 2 kali sehari atau dapat ditingkatkan menjadi 3-4 suntikan sehari.
Selain melalui suntikan, insulin juga dapat diberikan menggunakan pompa insulin. Pompa insulin berukuran sebesar ponsel, dan dilengkapi tabung yang tersambung ke kateter. Kateter dapat dimasukkan ke perut, lengan, pinggul, paha atau bokong pasien. Sedangkan pompanya dapat disematkan di ikat pinggang atau dimasukkan ke saku celana.
2)  Sistem pankreas buatan
Sistem pankreas buatan adalah serangkaian alat yang dirancang untuk meniru kemampuan organ tersebut dalam mengatur kadar gula darah. Perangkat ini terdiri dari pompa insulin, continuous glucose monitoring (CGM), dan alat yang menghubungkan keduanya, yang digunakan sebagai kontrol dan pengatur dosis. Fungsi sistem pankreas buatan adalah untuk mengukur kadar glukosa secara rutin dan menyesuaikan kadar insulin yang disuntikkan, layaknya pankreas asli.
3)  Obat-obatan
Di samping pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis obat pada penderita diabetes, seperti:
4)  Aspirin. Obat ini untuk menjaga kesehatan jantung pasien.
Obat tekanan darah tinggi. Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor), dan angiotensin II receptor blockers (ARB) dapat diberikan guna menjaga kesehatan ginjal pasien. Jenis obat di atas diberikan pada pasien dengan tekanan darah di atas 140/90 mm Hg.
Obat penurun kolesterol. Obat ini diberikan agar kadar kolesterol selalu terjaga, karena pasien dengan kondisi ini akan sangat berisiko terserang penyakit jantung.
5)  Diet sehat
Untuk membantu proses penyembuhan, pasien dapat mengonsumsi makanan tinggi serat dan rendah lemak, seperti gandum, sayur dan buah-buahan. Pasien juga akan disarankan mengurangi asupan karbohidrat dan produk makanan hewani. Pola diet ini juga disarankan bagi orang yang tidak mengalami diabetes.
6)  Olahraga
Pasien perlu melakukan olahraga, misalnya dengan berjalan kaki atau berenang. Lakukan sedikitnya 150 menit dalam sepekan, dan jangan melewatkan lebih dari 2 hari tanpa olahraga. Pada anak-anak, olahraga dapat dilakukan satu jam tiap hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PIL

   Pil berasal dari bahasa latin yaitu “Pila” yang berarti bola. Dalam Farmakope edisi III : Pil adalah suatu sedian berupa massa bul...